Selasa, 01 Juli 2008

The unknown girl (bag. 4)

Aku sengaja memancing M untuk mencariku. Karena kupikir lebih mudah mengalahkan orang yang sedang ‘menyerang’ daripada orang yang ‘bertahan’. Kalau aku tidak berpura-pura sudah melihat dia secara langsung, dia pasti akan menyembunyikan dirinya di kelasnya, karena tidak mau ditemukan olehku. Tapi, kalau dia ingin menemukan aku, dia pasti akan melakukan tindakan, entah itu mencari informasi atau semacamnya. Saat itu lah akan lebih mudah bagiku untuk menemukannya.

Suatu saat ketika aku sedang dalam pelajaran komputer (TIK) di lab komputer. Aku teringat kalau M pernah curhat padaku bahwa komputernya yang ia pakai di sekolah kena virus. Dan aku juga ingat kalau tidak salah ia juga pernah bilang kalau komputernya ada di dekat komputer guru. Lalu aku mencoba mengeceknya satu per satu. Mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang dia. Alhasil, aku menemukan komputer yang di dalamnya ada folder yang bertuliskan nama M. Tapi aku tidak mendapat banyak informasi dari situ, cuma mendapat nama lengkapnya saja.

Saat pelajaran TIK selesai, aku kembali ke kelas untuk pelajaran yang berikutnya. Dan ketika pelajaran berikutnya sedang berlangsung, tiba-tiba HP ku yang ada di saku kananku bergetar, seperti ada yang menelpon. Terlintas di pikiranku kalau jangan-jangan itu M yang sedang menelponku. Memang aku pernah bilang padanya kalau aku melihat dia dari koperasi dengan cara mengirim sms saat dia belajar, meskipun itu cuma bohong belaka, tapi ia percaya. Mungkin sekarang ia mau meniru cara tersebut. Kalau itu benar, berarti ia sekarang sedang memperhatikan kelasku dari luar sana.Aku tidak mau menoleh keluar maupun melihat ke HP. Karena kalau aku melakukan itu dan ternyata memang M sedang memperhatikan dari luar sana. Maka aku bisa dicurigai. Tapi belum tentu yang menelpon itu adalah M, kalau ternyata yang menelpon adalah orang rumah, maka aku harus segera menjawabnya, karena mungkin ada hal yang penting.Kelasku berada di lantai 1, dan kelas M ada di lantai 2, bentuk sekolahku berbentuk persegi panjang. Kebetulan kelasku dan kelas M berseberangan. Jadi, dia bisa saja melihat kedalam kelasku dari lantai 2 di seberang sana. Di saat itu aku harus memanfaatkan teman sebangku ku. Teman sebangku ku itu bernama Lukman. Sambil berpura-pura mengobrol biasa, aku bertanya padanya, “man, di luar ada orang ngga?” aku bertanya seperti itu supaya yang melihat ke luar adalah Lukman. Jadi, meskipun memang ada M, yang akan dicurigai sebagai aku adalah Lukman.

“di luar?”

“iya…”

“klo di lantai 1 sih cuma ada guru lewat tuh…”

“klo di lantai 2?”

“banyak, kayaknya ada yang lagi ga ada gurunya, makanya muridnya banyak yang kluar-kluar.”

“kelas berapa tuh?”

“ ga tau, ga jelas.”

Mungkin saja salah satu dari murid-murid itu adalah M. Tapi aku tetap tidak mau melihat keluar. HP ku berhenti bergetar, tetapi setelah itu bergetar lagi tapi cuma sebentar. Mungkin kali ini ada sms yang masuk. Akhirnya aku memutuskan untuk melihat HP secara diam-diam. Pandanganku ke papan tulis lalu mencatat pelajaran di buku catatan dengan tangan kanan. Sedangkan, tangan kiri ku perlahan-lahan mengambil HP dari saku kanan celanaku. Aku membuka sms nya dengan tangan kiri ku di kolong meja, dan mataku hanya melirik kebawah sekilas lalu melihat ke papan tulis lagi. Meskipun sekilas, tapi aku melihat dengan jelas, bahwa yang mengirim sms itu adalah M....

to be continued...

The unknown girl (bag. 3)

Setelah mengetahui wajah dan kelas M. Sekarang masalahnya bagaimana caranya supaya aku bisa melihatnya secara langsung, tanpa terlihat olehnya. Aku ingin memastikan terlebih dahulu yang mana orangnya. Aku tak akan datang sendiri ke kelasnya dan melihatnya langsung. Itu terlalu beresiko.

Meskipun aku sudah melihat wajahnya di FS-nya, tapi sulit untuk mengenalinya secara langsung. Pertama, foto-fotonya yang ia upload di FS rata-rata hanyalah foto close up dari pundak ke atas, aku menjadi tidak tahu berapa ukuran tinggi badannya. Kedua, ekspresi wajahnya saat di foto dan dalam kehidupan sehari-hari akan berbeda. Aku pernah dengar, katanya kebanyakan perempuan akan memperlihatkan sisi atau ekspresi wajahnya yang menurutnya lebih bagus saat akan di foto. Contoh, seorang perempuan saat akan di foto ia sedikit menolehkan wajahnya kekiri. Dengan alasan, katanya wajahnya akan lebih cantik apabila dilihat dari kanan, dan semacamnya. Begitu juga dengan M, ekspresi yang ia perlihatkan di foto tidak lebih dari ekspresi narsis, tidak mungkin ia selalu berekspresi seperti itu setiap hari. Selain itu, aku tidak bisa menghafal secara detail wajahnya yang ada di foto. Jadi meskipun aku berpapasan dengannya, mungkin aku tidak akan menyadari kalau itu M.Karena itu, aku bermaksud mengatakan padanya kalau aku sudah melihat dirinya dengan jelas. Mungkin dengan begitu dia akan merasa bahwa tidak perlu lagi bersembunyi dariku karena sudah ketahuan. Aku sudah memikirkan suatu rencana untuk itu.Suatu saat kami sms-an disaat jam pelajaran sekolah. Aku melakukannya dengan sengaja. Sepulang sekolah, barulah aku menjalani rencanaku. Aku mengirim sms kepadanya begini, “M, aku dah liat kamu loh…”

“masa? Boong kali…”

“bener kok. Kamu kelas XI IPA 1 kan?”

“hah? Kok tau sih? Tau dari mana?”

“ada deh... mau tau aja...”

“tuh kan, pelit banget sih ama M. Mangnya kakak liat M dimana? Pas M lagi ngapain?”

“kelas kamu di depan koperasi kan?”

“iya, mang kenapa?”

“inget ga pas aku kita sms-an tadi siang? Nah, pas waktu itu aku ada di koperasi, lagi pura-pura mau beli buku. Dari situ aku bisa melihat jelas ke dalam kelas kamu. Nah, waktu itu di kelas kamu cuma ada satu cewek yang lagi sms-an. Udah pasti itu kamu yang lagi bales sms aku kan. Hehe…” kataku.

Tentu saja yang ku katakan barusan adalah bohong. Saat itu aku sama sekali tidak berada di koperasi, melainkan duduk manis di kelasku. Itu alasan yang kubuat-buat, karena tidak mungkin aku bilang kalau aku melihatnya di FS-nya.“aaah…! Salah liat kali… coba sebutin ciri-ciri M!” katanya. Setelah itu aku menjelaskan ciri-cirinya berdasarkan yang kulihat di foto FS-nya. Setelah aku menjelaskan ciri-cirinya, aku bertanya, “bener kan ciri-ciri yang aku bilang barusan?”

“iya! Tapi kalo gitu kakak curang dong!”

“eh? Curang kenapa?”

“kakak udah liat M kan. Berarti sekarang gantian M pingin liat kakak. Masa M gak boleh liat kakak sih.”

Mendengar perkataanya itu, aku sempat bingung harus menjawab apa. Aku tak menyangka dia akan berkata seperti itu. Setelah itu aku menjawab, “ya kamu mesti cari aku sendiri dong, aku aja nyari kamu dengan usaha aku sendiri. Gini aja deh, kalo dalam waktu satu minggu kamu bisa nemuin aku , aku akuin kamu emang pinter. Hehehe... mau gak?” meskipun aku bilang begitu, aku sendiri belum melihat dia secara langsung. Berarti aku harus melihat dia sebelum dia menemukan aku.

“ya udah...!” jawabnya. Semenjak saat itu, ‘kejar-mengejar’ antara aku dan M pun dimulai...

to be continued...

The unknown girl (bag. 2)

Setelah berhasil mendapatkan alamat E-mailnya, aku langsung mengetiknya di friendster. Memang ia bilang kalau jarang ke warnet untuk buka internet. Tapi masih ada kemungkinan ia pernah membuat friendster. Jaman sekarang ini, hampir semua anak muda, terutama perempuan punya friendster. Ternyata dugaanku benar, aku berhasil menemukan FS-nya.Setelah kubuka pagenya, aku sedikit terkejut. Sepertinya ini memang benar-benar FS-nya. Tertulis di situ nama M. berarti M memang nama aslinya, tapi di FS-nya tidak tertera nama lengkapnya. Nama sekolah kami pun juga ada, tidak salah lagi, orang ini adalah M. Yang membuatku sedikit terkejut adalah saat melihat wujudnya. Ada sekitar belasan fotonya disitu. Rambutnya sepundak, ada poninya, pipi tembem, badan gemuk. “siapa orang ini? Aku sama sekali belum pernah melihatnya.” Kataku dalam hati.

Aku yakin belum pernah bertemu dengan dia.M juga pernah mengatakan padaku kalau ia juga belum pernah bertemu atau melihatku. Jika benar yang dikatakannya, darimana dia tahu nomor HP ku. Sekarang aku sudah tau wajah dan namanya. Aku ingin sekali memberitahu M kalau aku sudah melihat dirinya. Tapi bagaimana caranya. Tidak mungkin aku bilang “aku lihat di FS-mu”. dia memang jarang ke warnet. Tapi kalau aku bilang begitu, dia pasti langsung membuka FS-nya. Di FS kita bisa melihat siapa saja orang yang melihat page kita dari daftar views. Jika benar ia belum pernah melihatku, maka aku tidak mau ia melihat FS-ku. Sebisa mungkin aku ingin menyembunyikan wujudku darinya.Sekarang masalahnya tinggal kelasnya. Untuk bisa menemukan dia, tidak cukup hanya dengan mengetahui wajah dan namanya saja. Ditambah lagi aku tidak tahu nama lengkapnya. Sekarang pun dia masih suka curhat kepadaku lewat sms. Suatu saat ia bercerita begini.

“kak, hari ini guru agamaku nyebelin banget.”

“nyebelin gimana?”

“iya nyebelin... masa ngasih tugas buat syarat ulangan. Kalo gak dikumpulin gak boleh ikut ulangan. Udah itu tugasnya banyak lagi. Apalagi dia itu wali kelasku.”

“siapa sih gurunya?”

“Pak abe...”

Mendengar hal itu, aku tersenyum. Bukan karena lucu. Tapi karena dia tanpa sadar telah memberitahuku informasi yang sangat penting. Aku memang tidak tahu kelas yang mana, tapi tadi dia bilang bahwa wali kelasnya adalah pak Abe. Sudah pasti hanya ada satu kelas yang wali kelasnya pak Abe. Kalau sudah begini tinggal masalah waktu saja sampai aku bisa mengetahui kelasnya.Besoknya, di sekolah ku, saat sedang memasuki waktu istirahat. Aku bertemu dengan kenalan adik kelasku, namanya Andi, dia kelas XI IPA 3.

“eh, kebetulan. Lo kenal yang namanya M ga?” tanyaku.

“M? Nggak tuh. Mangnya kelas berapa?”

“gw juga gak tau. Eh, pak Abe wali kelasnya kelas berapa?”

“kalau gak salah kelas XI IPA 1. mang kenapa?”

“nggak, nggak papa. Makasih ya.”

Kataku sambil berjalan meninggalkan Andi. Aku tertawa dalam hati. Sekarang aku sudah tau wajah dan kelasnya. Kelas XI IPA 1 itu letaknya persis di depan koperasi. Sekarang aku pasti akan menemukan M...

to be continued...

The unknown girl (bag. 1)

Aku ingin bercerita tentang konflik yang tengah kualami sekarang ini. kisah ini dimulai sekitar beberapa bulan yang lalu.

Dimulai dari sms dari seseorang yang tidak kukenal yang masuk ke HP ku. Didalam sms itu, orang itu mengajakku untuk berkenalan. "tumben ada yang mau ngajak kenalan, biasanya yang ada ngajak ribut" pikirku. dia menyebut namanya duluan. sebut saja namanya M. setelah itu baru aku menyebut namaku. saat dia menanyakan asal sekolahku, aku meminta agar ia dulu yang menyebutkan asal sekolahnya."aku anak 54" jawabnya. Setelah membaca sms itu aku sempat kaget, karena yang disebutnya itu adalah sekolahku. aku berpikir jangan-jangan dia itu adalah salah satu temanku yang sedang iseng. “oh anak 54 toh… kelas berapa?” kataku. Aku pernah beberapa kali diajak kenalan oleh orang lewat sms, tapi baru kali ini oleh orang yang satu sekolah. Entah sebenarnya dia sudah mengenalku atau belum. Pokoknya sebisa mungkin aku ingin terlihat tidak terkejut dengan smsnya tadi. “Pokoknya kalo kamu ga ngasih tau skul kamu, M ga mau jawab!” balasnya. Sepertinya dia benar-benar ingin tahu asal sekolahku.

“ya… aku anak 54 juga” jawabku.

“oh ya… kelas berapa?”

“kelas XII IPA 3, klo kamu?”

“oh kelas 3, berarti M mesti panggil kk dong. M kelas XI…”

“XI apa? IPA ato IPS?”

“XI IPA…”

“trus, XI IPA berapa? XI IPA kan ada banyak…”

“ ada deh… mau tau aja!”

Mendengar hal itu aku jadi sedikit jengkel. Aku sudah menyebutkan kelasku tapi dia tidak mau. “curang ah! Aku dah bilang kelas ku, kok kamu nggak mau sih?” kataku. Sepertinya dia ingin merahasiakan kelasnya. Tapi kenapa dia harus merahasiakan kelasnya. Mungkin ia tidak mau kalau nanti aku tahu kelasnya aku akan mendatanginya. “udah lah… itu kan ga penting.” Katanya. Awalnya aku bersih keras agar dia mau memberitahu kelasnya, tapi ia tetap tidak mau memberitahu. “ya sudahlah…” kataku. Kalau dia memang tidak mau memberitahu kelasnya, akan kucari tahu sendiri.

Semenjak saat itu aku menjadi teman curhatnya. Meskipun kami belum pernah bertemu secara langsung. Ada satu hal lagi yang masih membuat ku penasaran, yaitu dari mana ia mendapatkan nomor HP ku. Aku juga sudah pernah menanyakan hal itu padanya. Tapi ia tidak mau memberitahu secara jelas, ia hanya bilang “nemu”. Aku jadi semakin penasaran untuk menguak jati dirinya yang sebenarnya. Tapi bagaimana aku bisa menemukan dia, nama M mungkin saja bukan nama aslinya. lagi pula apa benar dia kelas XI IPA.Aku terus menjadi teman curhatnya sambil terus penasaran terhadapnya. Akhirnya aku menemukan cara untuk bisa melihat wajahnya. Aku meminta alamat E-mailnya, kupikir ia pasti tidak akan memberitahuku. Tapi ternyata ia langsung memberitahuku. Namun ia bilang kalau ia jarang ke warnet untuk buka internet, jadi percuma kalau aku mau mengirim E-mail kepadanya, ia pasti tidak akan membacanya. Tapi bukan itu tujuanku menanyakan alamat E-mailnya. Tujuanku yang sesungguhnya adalah untuk melihat Friendster-nya….

to be continued...