Selasa, 01 Juli 2008

The unknown girl (bag. 2)

Setelah berhasil mendapatkan alamat E-mailnya, aku langsung mengetiknya di friendster. Memang ia bilang kalau jarang ke warnet untuk buka internet. Tapi masih ada kemungkinan ia pernah membuat friendster. Jaman sekarang ini, hampir semua anak muda, terutama perempuan punya friendster. Ternyata dugaanku benar, aku berhasil menemukan FS-nya.Setelah kubuka pagenya, aku sedikit terkejut. Sepertinya ini memang benar-benar FS-nya. Tertulis di situ nama M. berarti M memang nama aslinya, tapi di FS-nya tidak tertera nama lengkapnya. Nama sekolah kami pun juga ada, tidak salah lagi, orang ini adalah M. Yang membuatku sedikit terkejut adalah saat melihat wujudnya. Ada sekitar belasan fotonya disitu. Rambutnya sepundak, ada poninya, pipi tembem, badan gemuk. “siapa orang ini? Aku sama sekali belum pernah melihatnya.” Kataku dalam hati.

Aku yakin belum pernah bertemu dengan dia.M juga pernah mengatakan padaku kalau ia juga belum pernah bertemu atau melihatku. Jika benar yang dikatakannya, darimana dia tahu nomor HP ku. Sekarang aku sudah tau wajah dan namanya. Aku ingin sekali memberitahu M kalau aku sudah melihat dirinya. Tapi bagaimana caranya. Tidak mungkin aku bilang “aku lihat di FS-mu”. dia memang jarang ke warnet. Tapi kalau aku bilang begitu, dia pasti langsung membuka FS-nya. Di FS kita bisa melihat siapa saja orang yang melihat page kita dari daftar views. Jika benar ia belum pernah melihatku, maka aku tidak mau ia melihat FS-ku. Sebisa mungkin aku ingin menyembunyikan wujudku darinya.Sekarang masalahnya tinggal kelasnya. Untuk bisa menemukan dia, tidak cukup hanya dengan mengetahui wajah dan namanya saja. Ditambah lagi aku tidak tahu nama lengkapnya. Sekarang pun dia masih suka curhat kepadaku lewat sms. Suatu saat ia bercerita begini.

“kak, hari ini guru agamaku nyebelin banget.”

“nyebelin gimana?”

“iya nyebelin... masa ngasih tugas buat syarat ulangan. Kalo gak dikumpulin gak boleh ikut ulangan. Udah itu tugasnya banyak lagi. Apalagi dia itu wali kelasku.”

“siapa sih gurunya?”

“Pak abe...”

Mendengar hal itu, aku tersenyum. Bukan karena lucu. Tapi karena dia tanpa sadar telah memberitahuku informasi yang sangat penting. Aku memang tidak tahu kelas yang mana, tapi tadi dia bilang bahwa wali kelasnya adalah pak Abe. Sudah pasti hanya ada satu kelas yang wali kelasnya pak Abe. Kalau sudah begini tinggal masalah waktu saja sampai aku bisa mengetahui kelasnya.Besoknya, di sekolah ku, saat sedang memasuki waktu istirahat. Aku bertemu dengan kenalan adik kelasku, namanya Andi, dia kelas XI IPA 3.

“eh, kebetulan. Lo kenal yang namanya M ga?” tanyaku.

“M? Nggak tuh. Mangnya kelas berapa?”

“gw juga gak tau. Eh, pak Abe wali kelasnya kelas berapa?”

“kalau gak salah kelas XI IPA 1. mang kenapa?”

“nggak, nggak papa. Makasih ya.”

Kataku sambil berjalan meninggalkan Andi. Aku tertawa dalam hati. Sekarang aku sudah tau wajah dan kelasnya. Kelas XI IPA 1 itu letaknya persis di depan koperasi. Sekarang aku pasti akan menemukan M...

to be continued...

2 komentar:

  1. tertawa dalam hati? hahahahahahaha rasa2nya aku tau ekspresi mu.
    anyway, tuh kan bener ipa1. hehehe

    BalasHapus
  2. tau? oh yeah??

    sebenernya ini udah basi untuk di komentarin tapi makasih ya sayang... nyehehehe

    BalasHapus